How To NOT Be Afraid Of People


Baca ini dulu sebelum melanjutkan, karena tulisan ini adalah sambungan tulisan gue yang sebelumnya yang berjudul "If I Can Turn Back Time".

It's about an anti-social like me wishing to more sociable.

Baru aja kebangun dari sebuah mimpi di pagi hari. Gue yakin kalau mimpi ini cuma bunga tidur belaka, tapi gue percaya semua mimpi adalah pesan dari alam bawah sadar gue akan kerinduan terdalam di hati gue yang seringkali tidak disadari oleh alam sadar gue. Mimpi adalah cara komunikasi yang dipakai alam bawah sadar untuk mengirim pesan tersebut.

Dalam mimpi, gue pergi hang out dengan teman SD gue (cowok) yang udah lama banget gak gue temuin. Gue juga gak pernah mikirin dia selama ini. Dia ajak gue ketemu dengan teman SD gue yang lain (cewek) dan kita ada di sebuah kantor (mungkin ada di kantor cewek tersebut, entahlah). Yang jelas kantor itu sepi dan bukan pas jam kerja so tidak ada karyawan yang sedang bekerja di situ (Mungkin kantor sebuah majalah/koran). Singkat cerita seh, cewek itu ambil sebuah kamera dan mau ambil foto gue. Kemudian ada seseorang bapak yang gue tidak kenali mengambil foto itu buat dia. Bapak ini kayaknya ahli banget dalam hal fotografi dan banyak menjelaskan ini ke gue. Akhirnya gue ambil sebuah pose dengan bimbingan si bapak yang akan menjepret gue dengan kamera cewek itu. Flash! Si Bapak langsung menyerahkan kamera kembali ke si cewek seusai foto tersebut dan langsung pamit pergi. Si cewek memandangi hasil foto di kamera digital itu dengan senyum manis di wajahnya. Does she like me? mene ketehe. Yang jelas senyumannya sudah bisa membuat hati gue bahagia pada waktu itu.

Gue lalu terbangun sambil memikirkan mimpi itu. Ada beberapa hal yang so not 'me' di mimpi tersebut.

Pertama, gue sudah lama tidak berhubungan dengan teman lama gue itu (baik yang cowok maupun cewek) sudah lama sekali dan jujur gue gak tahu keberadaan mereka sekarang dan bahkan gue juga tidak peduli. Tapi ada pesan yang gue tangkep di mimpi itu yaitu bahwa sudah lama juga atau mungkin hampir tidak pernah gue hang out dengan mereka yang bukan teman dekat gue. Gue punya beberapa teman dekat dan sadly to say, mereka (temen-temen dekat gue itu) semuanya adalah makhluk anti-social seperti gue. Gue hampir tidak pernah dengan kenalan-kenalan gue karena selama ini gue merasa gue gak nge-fit ke mereka. Gue ngerasa gue suka hal-hal yang berbeda sehingga gue lebih memilih tidak bersama mereka dibanding harus menghabiskan saat-saat di mana gue gak nyaman di tengah mereka. Masalahnya? deep inside, gue punya fear of rejection. Definisi FEAR adalah False Evidence Appearing Real. Artinya? gue sebenarnya sudah merasa tertolak sebelum gue mengalami penolakan tersebut. Akibatnya, gue menjadi orang yang lebih suka di rumah dan lakukan sesuatu dengan diri gue, dibanding ada di luar rumah dan melalukan sesuatu dengan orang lain.

Jika ada hal yang paling ingin gue pelajari sekarang ini, maka itu adalah social skill. Kenyataan hidup mengajarkan gue bahwa social skill adalah hal terpenting yang dibutuhkan seorang manusia untuk bisa sukses. Memiliki social skill tidak berarti kita bergabung dengan sebuah kelompok dan meniru semua yang dilakukan oleh orang lain di kelompok itu. Memiliki social skill tidak berarti kita kehilangan jati diri kita, malah kita akan memperkuat kepribadian kita karena elemen paling dasar dari social skill adalah percaya diri. Mereka yang memiliki social skill tidak takut akan orang lain, siapa pun mereka. Tidak seperti gue yang pilih-pilih dalam memilih teman karena gue takut ditolak oleh mereka yang tidak mirip dengan gue. Jika gue mau menjadi sociable, maka pertama-tama yang harus gue miliki adalah self-acceptance. Ketika gue bisa menerima diri gue apa adanya dan memiliki percaya diri yang kuat bahwa menyukai siapa diri gue, maka dengan sendirinya masalah fear of rejection akan lenyap karena orang lain hanya bisa menolak gue ketika gue sendiri menolak diri gue sendiri. Jikalau gue menerima diri gue sendiri apa adanya, hal-hal buruk apa yang bisa diperbuat oleh orang lain terhadap gue?

Memiliki social skill berarti memiliki keberanian untuk berhubungan dan bergaul dengan siapa pun termasuk keberanian untuk resiko penolakan. Kita mesti inject in our mind, bahwa adalah normal untuk disukai dan dibenci oleh orang lain. Kita tidak bisa membuat semua orang menerima kita dan pasti ada mereka yang tidak menyukai kita. So What Then? Mengambil resiko ditolak adalah jauh lebih baik dibanding sudah merasa tertolak sebelum kita memulai suatu hubungan. Mereka yang takut akan resiko tidak akan pernah maju sama sekali. Mereka akan ada di tempat yang sama bertahun-tahun sesudahnya. Sekali lagi, kuncinya ada di menjadi comfortable dengan who you are dan what you are.

Selama ini gue adalah makhluk Melankolis tulen. Gue lebih banyak merasa dibanding bertindak. Setelah berusia 25 tahun dan masih sering merasa kesepian, gue memutuskan untuk belajar menjadi 'at present' dengan menjadi konek dengan manusia-manusia di sekitar gue. Gue mesti spend more times doing activities dengan orang yang gue gak suka atau yang gue gak gitu suka. Tujuannya apa? supaya gue bisa meruntuhkan the cloud unknowing yang menyelimuti diri gue selama ini. I must know other people and also let myself to be known at the same time. Gue mesti membuka segala akses ke diri gue, agar orang-orang lain bisa kenal siapa gue dan tidak lagi membuat wrong judgement dan menolak gue. Like I said earlier, banyak kali kita ditolak oleh orang lain karena kita sudah membayangkan di mental kita bahwa kita pasti ditolak oleh yang bersangkutan. Hentikan semua permainan 'they love me, they don't love me' yang ada di otak dan mulai tunjukan yakinkan orang lain bahwa kita layak untuk dicintai dan disukai. Robek semua cloud of unknowing, maka kita akan menjadi manusia baru dengan kebebasan baru.

Kedua, tidak seperti di mimpi tersebut, selama ini gue tidak pede berhubungan dengan lawan jenis dan gue juga tidak pede di foto. Kejadian gue dengan cewek tersebut di mimpi itu membuat gue tersadar akan "Hey, somebody really likes me and wanna know more of me." Ada confidence dalam diri gue dalam mimpi tersebut bahwa gue memang likable dan layak untuk dicintai oleh seseorang. Mungkin ini terdengar lucu bagi orang lain, namun gue memang selama ini tidak percaya bahwa gue pantas dicintai. Gue lebih sering dan senang berpikir bahwa si A atau B tidak suka gue dibanding kenyataan bahwa si C sangat menyukai gue. Mimpi itu membuat gue terbangun dengan perasaan, "Hey, what did I miss so far?" Tanpa sadar mungkin gue sudah mengusir banyak wanita yang berharap akan gue pergi dari hidup gue cuma gara-gara mereka tidak fit di dalam kategori 'sama tipe' dengan gue atau gue memang selama ini menolak untuk dicintai, mmm, entahlah. The point is, gue mesti remind myself again and again, bahwa gue layak menerima cinta dan perhatian. Gue layak untuk dimimpikan oleh orang lain.

Wanita di dalam mimpi gue itu adalah seseorang yang tidak pernah gue benar-benar kenal ataupun gue minati. She's really not my type dan gue juga gak pernah kepikiran untuk membangun hubungan serius dengan dia. So, gue gak bakal cari tahu info tentang dia, not at all. Gue percaya cewek itu adalah lambang dari banyak orang yang benar-benar suka gue. Terlepas gue menyukai mereka balik atau tidak, it's a matter of preference. Namun gue mesti membiasakan diri gue sendiri untuk percaya bahwa gue layak untuk dicintai dan diinginkan oleh orang lain. Kalau mentalitas anti-loved gue ini hilang, dengan sendirinya confidence gue akan bertambah dan gue bisa menjadi lebih sociable.

Yang gue butuhkan sekarang adalah tindakan. Jika gue gak mau ada di posisi yang sama puluhan tahun ke depan, maka gue mesti berani mengambil resiko. Gue sudah bertemu para anti-social bangkotan yang sudah tua namun tetep tidak gaul dan gue melihat betapa pathetic hidup mereka. Mereka juga jauh dari sukses karena untuk sukses memang sangat dibutuhkan social skill yang bagus. Gue mesti belajar komunikasi lewat bahasa lisan maupun dengan body language gue.

Banyak orang di luar sana memiliki pergumulan yang sama dengan gue. Mereka kesepian dan sedang mencari love and acceptance. Gue harus mulai belajar ramah dengan semua orang (baik yang gue suka maupun tidak gue suka) dan mulai membangun hubungan-hubungan yang baru. Hal dasar yang bisa gue pelajari dengan mudah ialah tersenyum. Ketika gue menolak tersenyum dengan orang lain, gue sudah menghilangkan kesempatan untuk berhubungan dengan dia karena gue membuat kesan bagi orang itu kalau gue jutek. Percaya atau tidak, seorang anti-social seringkali suka dianggap jutek oleh orang lain. Tapi gue mau belajar menjadi sociable sehingga di masa depan gue bisa berkata bahwa gue adalah seorang mantan anti-social.

Comments

William said…
1. kejujuran lu utk mengakui diri sendiri gw hargai.
2. perlu ada tindakan, that's right! so keep making action :)
dung2x said…
Good theory... :) tapi jgn berhenti di teori ya mas, dipraktekin yo!
NiLA Obsidian said…
nice posting.....bro....

cepat menyadari kekurangan krn merasa lebih banyak dirugikan oleh kekurangan tersebut, mencoba untuk memperbaiki diri, krn melakukan perubahan itu akan membuat langkah maju kedepan......

semangad!!...& OUT OF THE BOX!
Anonymous said…
yang penting tindakan jed
kamu tau terlalu banyak
yang perlu skrg adalah bertindak
-ian- said…
mari BERTINDAK !
inspiring banget Jed
aku juga kadang perasa gitu, tapi sekarang mau berubah.
Ancilla said…
tersenyumlah maka dunia akan tersenyum padamu :)
Anonymous said…
panjang kali tulisannya..tapi kereeeeennn...

mampir sore2. salam kenal :)
felyina said…
wah, tulisan ini menohok gw banget
Anonymous said…
Duhh.. Jed, lagi2 ngerasa ngerefleks pas baca tulisan ini :) Mirips amat ma kisah gua, huehehehe.. :P
Bethari B said…
wah mas jed, this post is speaking my life. Tapi kalo emang nyamannya jadi anti-social gini, kudu tetep 'maksa' jadi sociable juga mas? jatuhnya malah awkward nanti